Indocement Catatkan Pertumbuhan Pendapatan 9,9 Persen Senilai Rp11.660,9 Miliar di Kuartal III/2022

JAKARTA, (BS) – PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatatkan 9,9% pertumbuhan Pendapatan Neto pada Kuartal III/2022, dari Rp10.608,7 miliar pada Kuartal III/2021 menjadi Rp11.660,9 miliar.

Manajemen Indocement mengklaim kenaikan Pendapatan netto perseroan tersebut didorong oleh kenaikan harga jual yang terjadi tiga kali pada bulan Maret, Juni, dan September/Oktober 2022.

“Biaya energi yang tinggi masih terjadi karena tingginya harga batu bara. Porsi biaya energi mencapai kurang lebih 50% dari total biaya produksi. Namun pada Kuartal III Indocement berhasil menurunkan biaya energi sebesar 7,0% dari kuartal sebelumnya,” kata Direktur & Corporate Secretary PT. Indocement Tbk Antonius Marcos kepada media di Jakarta, Jum’at (11/11/22).

Antonius juga menyebut Margin EBITDA membaik dari 13,3% di Semester I/2022 menjadi 17,5% per Kuartal III/2022, meskipun lebih rendah dari periode tahun lalu yakni 22,3%.

“Pada basis kuartal, Margin EBITDA
di Kuartal II adalah 12,7% dan meningkat menjadi 23,6% pada Kuartal III.” Ungkapnya.

Pasca Indocement melakukan
perjanjian sewa guna usaha lainnya dengan Semen Bosowa untuk menyewa penuh dan mengambilalih operasi Pabrik Semen Maros Jangkauan pemasaran di Indonesia bagian timur semakin diperluas.

Program pembelian kembali saham sejak Desember 2021 juga telah mengumpulkan dana sebesar Rp2,72 triliun (6,7% dari total saham) hingga September 2022.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara keseluruhan membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) sebesar 12,4 juta ton pada Kuartal III/2022. Turun 294 ribu ton atau -2,3% dari volume Kuartal III/2021.

“Jadi Volume penjualan semen domestik
(tanpa klinker) tercatat sebesar 11,5 juta ton atau turun 432 ribu ton atau -3,6% dibandingkan volume pada
Kuartal III/2021 yang menyebabkan pangsa pasar domestik Perseroan menjadi 24,8%,” beber Antonius.

Dan untuk penjualan ekspor kata Antonius menurun -17,5% dari 333 ribu ton pada Kuartal III/2021 menjadi 275 ribu ton di Kuartal III/2022, tambahnya.

Namun sambungnya, Pendapatan Neto Perusahaan meningkat +9,9% menjadi Rp11.660,9 miliar dari Kuartal III/2021 sebesar Rp10.608,7 miliar yang disebabkan oleh kenaikan harga jual pada Maret, Juni, dan September/Oktober 2022.

Indocement juga terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2% pada akhir
tahun 2021 menjadi 18,4% pada September 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV).

Peningkatan Beban Usaha sebesar -3,0% disebabkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penyusutan dari penyewaan aset-aset mencakup penambahan sewa pada tahun 2022.

Sementara itu terjadi Penurunan Pendapatan (Beban) Operasi Lain-Neto sebesar -19,2% pada Kuartal III/2022 disebabkan oleh penurunan dari keuntungan penjualan material
sisa (scrap). Akibatnya, pada Kuartal III/2022, marjin Laba Usaha turun dari 13,3% menjadi 10,0% dan Marjin
EBITDA berkurang dari 22,3% menjadi 17,5%.

Perseroan mencatatkan Pendapatan Keuangan-Neto yang lebih rendah 75,4% dari Rp112,8 miliar di Kuartal III/2021 menjadi Rp27,7 miliar karena posisi kas yang lebih rendah dari program pembelian saham kembali. Beban Pajak Penghasilan-Neto menurun 21,9% dari Rp331,9 miliar menjadi Rp259,3 miliar disebabkan oleh penurunan laba.

Sehingga dari angka keuangan di atas, Laba Periode Berjalan turun 21,6% dari Rp1.208,3 miliar menjadi Rp946,9 miliar untuk Kuartal III/2022.

” Perseroan membukukan posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas sebesar Rp3,5 triliun. Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasi dan upaya yang gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan Neraca Keuangan Perseroan yang tangguh.” Ujar Antonius.

” Dengan Posisi Neraca Keuangan yang kuat dan tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi
tantangan ekonomi yang sedang berlangsung termasuk kelebihan pasokan kapasitas industri semen
dan siap berpartisipasi pada peluang yang membawa sinergi yang lebih baik di masa depan.” kata Antonius lagi.

Tantangan ke depan yang terus berlanjut dan jangkauan pemasaran yang Lebih Luas
berlawanan dengan pertumbuhan +1,2% di Semester I, kontraksi bulanan YoY selama tiga bulan terakhir telah menyebabkan pasar domestik semen melemah -1,1% pada akhir September 2022.

Kontraksi berturut-turut tersebut disebabkan oleh kenaikan harga semen akibat biaya energi yang tinggi
dari harga batu bara.

Kontraksi permintaan akan semen khususnya untuk segmen semen kantong
disebabkan banyaknya proyek renovasi dan pembangunan rumah tinggal yang tertunda setelah adanya kenaikan harga BBM, inflasi, dan suku bunga yang naik.

” Kenaikan biaya logistik untuk semen kantong akibat kenaikan harga beli BBM bersubsidi kembali membuat harga jual semen kembali bergerak naik pada bulan September dan tentunya pasar akan
butuh waktu untuk penyesuaian,” ucap Anton.

Namun demikian kata dia, dengan perkiraan hujan lebat yang akan datang
beberapa bulan ke depan hingga awal 2023 dan tekanan eksternal yang berasal dari situasi ekonomi global yang tidak menentu, kami tetap optimis pangsa pasar semen akan membaik dan memperkirakan
semen domestik akan tumbuh datar untuk tahun ini dan tumbuh sekitar 1%–2% di 2023. tegas Anton.

Exit mobile version