Ini Riwayat Keluarga Besar Masyarakat Kepulauan Teon Nila Serua di Jakarta

Jakarta, (BERITASATOE.COM) – DKI Jakarta memiliki penduduk yang heterogen terdiri dari etnis budaya yang berbeda, termasuk budaya Teon Nila Serua (TNS).

Menurut Ketua Badan Pengurus Wilayah Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua Provinsi DKI Jakarta, Melianus Hotlif Tuakora, berdasarkan cerita orang tua bahwa orang dari Kepulauan Teon Nila Serua pertama kali datang ke provinsi DKI Jakarta pada tahun 1950.

“Kakek nenek kami sudah tinggal di DKI Jakarta lebih kurang 70 tahun yang lalu. Mereka dari kepulauan Teon Nila Serua menempati wilayah Kota dan Tanjung Priok,” ungkapnya kepada wartawan usai acara pelantikan Badan Pengurus Wilayah Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua di Jakarta, Sabtu (23/10/2021).

Dijelaskannya, kebudayaan Teon Nila Serua berupa seni tari, musik dan lagu, serta kuliner berkembang bersama budaya-budaya lainnya di Jakarta. Seperti dikutip dari rri.co.id

“Bahkan untuk seni tari Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno sangat terkesan dengan keindahan seni tari Nori-Nori dan Taniwowou. Bapak Presiden Soekarno meminta putri-putri dari masyarakat Teon Nila Serua untuk mementaskannya di Istana Negara pada tahun 1959. Tidak sampai di situ, Proklamator juga meminta pemuda dari Teon Nila Serua untuk mementaskan seni tari Taniwowou pada acara peresmian Hotel Indonesia tanggal 5 Agustus 1962 untuk menyambut Asian Games IV tahun 1962,” jelasnya.

Melianus menambahkan, masyarakat Teon Nila Serua juga melahirkan penyanyi legendaris yang mengharumkan nama daerah Maluku, baik di tingkat nasional maupun internasional

“Kami masyarakat Teon Nila Serua sangat bangga dengan lahirnya musisi penyanyi Simon Dominggus Pesolima yang dikenal dengan Broery Marantika,” ujarnya.

Tidak hanya seni tari dan musik, masyarakat Teon Nila Serua juga memiliki hidangan kuliner yang sangat lezat, bahkan masuk dalam warisan budaya Indonesia.

“Cita rasa masakan dari masyarakat Teon Nila Serua sangat dikagumi kelezatannya oleh masyarakat Indonesia lainnya. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan (Sekarang Gubernur DKI Jakarta, red) memberikan Anugerah pada kuliner Inasua sebagai Warisan Budaya Tak Benda milik Indonesia pada tahun 2015,” terangnya.

Taraf sosial yang solid pun nyata dalam budaya Mori Uknu (Sistem kekerabatan), Puli (Sumbangan Wajib) dan Wrau (Pola gotong-royong menyediakan makanan). Ia berharap tidak hanya kebudayaan Teon Nila Serua yang yang menjadi mozaik keberagaman masyarakat DKI Jakarta, tetapi juga masyarakat Teon Nila Serua dapat jadi bagian masyarakat DKI yang turut membangun dan menjaga Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

“Kami juga berharap masyarakat Teon Nila Serua di DKI Jakarta dapat mengambil bagian dan berperan dalam pembangunan di DKI Jakarta,” pungkasnya

Sementara itu, Gubernur DKI Anies Baswedan dalam sambutannya yang dibacakan Kasubid Pembauran Kebangsaan Bakesbangpol Provinsi DKI, Herlina Suswita mengatakan, sebagai tradisi, nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang dimiliki dan dihidupi bersama secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dalam suatu bangsa.

“Kebudayaan dapat dimaknai sebagai identitas kolektif atau jati diri suatu bangsa kebudayaan memiliki peran dan fungsi yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-nilai kedudayaan telah mengakar (deep-rooted) dalam sendi kehidupan masyarakat setiap daerah memiliki keanekaragaman budaya yang turut memperkaya khazanah budaya bangsa. Di dalam konteks Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, salah satu wilayah yang menyumbang bagi keanekaragaman tersebut adalah kepulauan Maluku,” ucapnya.

Dikatakan Anies, pada hari ini kita berkumpul bersama dalam acara Pelantikan Badan Pengurus Wilayah Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua adalan salah satu simpul utama persatuan, di mana hampir seluruh komponen suku bangsa ada di wilayah DKI Jakarta.

“Oleh sebab itu, kerukunan dan kebersamaan yang tercipta antaretnis dan suku harus terus dijaga demi terwujudnya harmoni dalam kebhinekaan,” ujarnya.

Anies menambahkan, sebagai sebuah negara bangsa (nation-state), Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang khas dan membudaya di masyarakat seperti gotong-royong, saling tolong menolong, ramah, santun, toleran, dan perduli terhadap sesama.

“Nilai-nilai luhur tersebut pada akhirnya dijadikan rujukan untuk membentuk 4 Konsensus Dasar dalam berbangsa dan bernegara, yaitu UUD1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI yang secara umum dibangun atas nilai-nilai luhur yang telah mengakar dan membudaya di masyarakat jauh sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan,” tandasnya. (Red)

Respon (185)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *